JAYAPURA-NUSANTARAPOST.ID-Rangkaian peristiwa yang dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) di wilayah Puncak, Papua. sangat berpengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakat, bukan hanya itu. juga sangat berpengaruh terhadap pembangunan infrastruktur di daerah yang terkenal sangat dingin itu.
Seperti diketahui. Untuk membangun di daerah pegunungan memerlukan dana yang cukup banyak, bahkan sampai ratusan miliar, namun itu semua sirna seketika saat terjadi konflik bersenjata di Kabupaten Puncak belakangan ini.
Seluruh bangunan dan fasilitas yang telah dibangun oleh pemerintah daerah dengan dana yang sangat besar itu, saat ini telah hilang akibat dibakar oleh KKB seperti sekolah, rumah dinas dan alat berat pembangunan proyek jalan trans papua.
Bupati Puncak, Willem Wandik dalam keterangannya, mengatakan pembangunan di kabupaten puncak saat ini hampir setara dengan daerah lain di Indonesia, namun semua sirna akibat konflik bersenjata.
“Kami pemerintah daerah menjadi bingung, fasilitas ini kalau mau di data baik di beoga, distrik wambe bahkan di ilaga, romaga semua yang disekitar sini habis total. Contohnya alat berat kita, di bakar total 1 alat berat, 1 alat berat kalau di jayapura harganya sekitar 1 miliar, 800 sampai 700 Juta, kalau sampai di ilaga 1 alat berat doser itu 6 miliar, karena biaya angkut, heli segala macam itu, 1 rumah itu 1 RKB, bisa 800 juta, itu 1 ruang saja di kalikan 6 kelas, 1 ruang tipe 36 itu 600jt, Itu bukan karena harga tapi itu menjadi sangat susah sekali, jadi persoalan puncak ini tidak bisa habis-habis,” ujar Wandik.
Wandik mengaku Pemerintah Indonesia dibawah pimpinan Presiden Joko Widodo telah memberikan perhatian penuh kepada Papua, dimana salah satunya dengan BBM satu harga, agar harga BBM di pulau Jawa sama dengan di Papua, dan sebagai kepala daerah ia telah berusaha sekeras mungkin untuk membangun Papua.
“Kita berupaya menurunkan harga seperti yang di perintah bapak presiden 1 harga seperti Indonesia 1 BBM di jakarta harus sama dengan papua terlebih khususnya di puncak, contoh-contohnya, nah kita berjuang terus tapi situasi begini lebih wah begitu, misalnya kita sudah berjuang mengeluarkan energi, tenaga, pikiran, kekuatan, waktu habis agar bisa keluar dari daerah termahal, tertinggi, terisolasi, terbelakan, bagaimana kita harus keluar dari semua ini,” ungkap dia.
Menurut Wandik, Puncak saat ini sudah mengalami perubahan kearah yang lebih daripada sebelumnya, pesawat sudah bisa masuk ke Ilaga, namun akibat kondisi keamanan yang tak kunjung membaik, Puncak seakan kembali lagi ke jaman dulu, sebelum adanya pembangunan.
“Ini masalah yang terjadi, puncak sekarang tidak terbelakang lagi sekolah sudah berjalan pesawat sudah masuk 2 sampai 4 hari sudah 20 sampai 40 kali untuk masuk, itu berarti sudah ada kemajuan tetapi situasi keamanan inilah yang membuat kita kembali ke nol lagi, kuncinya disitu, kalau misalnya pertikaian, kontak senjata ini tidak ada maka kitapemerintah puncak bisa mengejar keterbelakangan kami menuju teman-teman kami yang sudah maju, nah ini kuncinya,” tandas Wandik.
Ia menambahkan, kunci pembangunan di suatu daerah berjalan dengan baik adalah keamanan, jika daerah tersebut aman maka sesuatu yang tidak mungkin bisa mejadi mungkin. “Kunci suatu daerah adalah ” aman menghasilkan yang tidak mungkin menjadi mungkin, tidak ada menjadi ada, Jangankan negara, daerah. Keluarga dan lingkunganpun membutuhkan keamanan,” kata Wandik. (redaksi)